Masyarakat Toraja Percaya Menggantikan Pakaian Pada Mayat Akan Membawa Berkah Tersendiri
Upacara mayat berjalan atau menggatikan pakaian pada zenajah di Tana Toraja yang dikenal dengan sebutan Ma’nane terus melekat menjadi tradisi budaya bagi warga Toraja khusus nya masyarakat Baruppu yang terdapat di pedalaman bagian Toraja utara.
Ritual mayat berjalan ini biasanya digelar dalam kurun waktu tiga tahun sekali dan dilaksankan usai panen tiba pasalnya masyarakat Baruppu percaya jika prosesi ritual dilaksanakan sebelum panen akan membawa dampak bencana bagi hasil panen yang buruk atau gagal panen.
Mengulik sejarah ritual yang dilansir di liputan6.com menggantikan pakaian mayat ini bermula pada zaman dahulu ada seorang pemburu bintang yang bernama Pong Rumasek, kita ia sedang melakukan perburuan di sebuah hutan di pegunungan Bella. Saat ia mulai mencari hasil tangkapan perburuannya itu Pong menemukan jasad manusia yang sudah dengan kondisi tak wajar seperti halnya mayat manusia yang mendapatkan perlakuan khusus seperti halnya orang mati pada zaman itu . kemudian sang pemburu alias Pong menguburkan mayat tersebut dengan kondisi yang lebih baik seperti memngenakan pakain kepada jasad dan menguburkan nya di tempat yang lebih aman dari lokasi sebelumya dimana jasad itu ditemukan.
Mulai dari kejadian tersebut kemudian Pong mendapat berkah seperti hasil perburuan nya yang selalu lumayan dan hasil tanaman pertanian nya yang cukup melimpah.
Semenjak itulah ia memberikan amanahnya kepada
penduduk Baruppu untuk menghormati orang yang sudah mati Dan oleh penduduk
Baruppu, amanah Pong tetap dilestarikan hingga saat ini di Tana Toraja.(*)